Hati berubah, jadi jangan merasa memiliki kalo nggak mau berakhir terluka.

Umurku sekarang 19 tahun dan angka ini telah mengajariku banyak hal. Termasuk tentang cinta. Aku yakin semua orang pasti pernah jatuh cinta. Cara tiap orang mencintai, pun berbeda-beda. Aku, aku adalah pengikut kepercayan bahwa cinta tak harus memiliki. Kalian boleh tidak setuju. Itu hak kalian. Selain itu aku juga merasa lebih nyaman tidak mengungkapkan perasaanku. Awalnya aku pikir karena aku tak ingin melanjutkan perasaanku ke tahap yang lebih jauh, belakangan aku menyadari alasan sebenarnya.

Saat SMA aku menyukai seseorang, namun kita berbeda sekolah jadilah aku hanya bertemu dengannya pada acara-acara tertentu. Bagiku dia adalah sosok yang sempurna. Sesempurna itu, sehingga membuat aku merasa sangat kecil. Dia bukan cinta pertamaku, tapi dia orang pertama yang membuat aku sangat bersemangat menulis. Tenang dia, hujan, dan saat-saat 'secara tidak sengaja' kami bersama. Saat salah seorang teman membaca tulisanku, dia heran, bertanya-tanya segitu terobsesinyakah aku padanya, dan aku mulai menanyakan hal yang sama pada diriku sendiri. Hari, minggu, bulan berganti. Saat ini aku sudah kuliah begitupun dengan dia. Kita masih bertemu di beberapa kesempatan. Tapi aku sudah tidak memiliki perasaan itu lagi. Jantung aku tidak berdebar lagi ketika mata kami saling menatap dan aku benar-beanr tidak menginginkan dia lagi. Sampailah aku pada satu kesimpulan, well, berarti dia bukan jodoh aku. Lalu apa? apa yang aku cari? Aku beggitu mencintainya, dulu namun sekarang tidak lagi. Kemudian aku mencintai orang lain, namun aku akan berkahir tidak mencintainya lagi. Lalu apa maksud orang-orang mengikat diri dengan pacaran atas dasar saling menyukai.

Aku dulu tidak mengerti saat membaca novel yang isinya 'pernikahan atas dasar cinta hanya berlangsung paling lama 3tahun, dan sisanya adalah kesetiaan', sekarang aku lebih dari skedar paham.

Lalu mengapa aku berkahir terluka? Selanjutnya 

Comments

Popular posts from this blog